LAPORAN PRAKTIKUM III
MORFOLOGI TUMBUHAN
(ABKC 2204)
TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN, DAN DIAGRAM DAUN
Dosen Pengasuh :
Dra. Hj. Sri Amintarti, M.Si
M. Arsyad, S.Pd, M.Pd
Asisten Dosen :
Dela Aprilia Lesman
Ella Zuliana Safitri
Oleh :
Siti Sarah
(A1C214053)
Kelompok I B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET
2015
PRAKTIKUM
III
Topik : Tata letak daun, rumus daun, dan diagram daun
Tujuan :
Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menetukan rumus daun serta
menggambar bagan dan diagram daun.
Hari/Tanggal :
Sabtu/ 07 Maret 2015
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT
DAN BAHAN
A.
Alat
1.
Baki
2.
Alat
Tulis
3.
Kamera
handphone
B.
Bahan
1.
Ranting
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
2.
Ranting
Alamanda (Allamanda cathartica L.)
3.
Tumbuhan
Pandan (Pandanus sp.)
4.
Tanaman
Bayam (Amaranthus spinosus L.)
5.
Tanaman
Pepaya (Carica papaya L.)
II.
CARA
KERJA
1. Mengamati duduk daun pada ranting, cabang, atau batang
(tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan,
berkarang, roset batang, roset akar, monospirotik,
dan trispirotik).
2. Menghitung rumus daun: ½, 2/5, 3/8, dst.
3. Menggambar bagan dan diagram daun serta membuat foto
pengamatan.
4. Membuat laporannya.
III. TEORI DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada
batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian
batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang
terpisah pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk
mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi
mengelilingi batang a kali, dan
jumlah daun yang di lewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat
menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut jika diproyeksikan pada bidang
datar. Jarak antara kedua daun pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600,
yang di sebut sudut disvergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri
dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun dapat dilakukn dengan
bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A. Bagan Tata Letak Daun
Untuk membuat bagan tata letak daun,
batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur
ortostik-ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B. Diagram Tata Letak Daun
Untuk membuat diagram tata letak daun,
batang tumbuhan harus di pandang sebagai kerucut memanjang, denan buku-bukunya
sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar maka buku-buku tersebut akan menjadi
lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat
lingkaran-lingkaran tadi.
C. Spirostik dan Parastik
Pada suatu tumbuhan garis-garis ortostik yang biasanya
tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena
pengaruh macam-macam faktor. Perubahan
sangat karakteristik ialah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar
batang pula. Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan
tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi
garis spiral tadi yang diberi nama lain spirostik.
Bagian tumbuhan
yang letak daunnya cukup rapat, daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke
kiri atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan
menghubungkan daun-daun yang menurut ke
arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap
daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya ke kanan. Dari
sudut situ pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Gari-garis itu disebut
parastik.
IV. HASIL PENGAMATAN
A.
Tabel hasil pengamatan
No.
|
Nama Spesies
|
Tata Letak daun
|
Rumus daun
|
1.
|
Hibiscus rosa-sinensis
|
Tunggal tersebar
|
2/5
|
2.
|
Allamanda cathartica L.
|
Berkarang
|
-
|
3.
|
Pandanus sp
|
Spirostik
|
-
|
4.
|
Amaranthus spinosus L.
|
Tunggal tersebar
|
2/5
|
5.
|
Carica papaya L.
|
Tunggal tersebar
|
3/8
|
B.
Gambar, bagan, dan diagram daun hasil pengamatan
I.
ANALISIS
DATA
1.
Ranting
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Berdasarkan pengamatan daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) adalah
termasuk daun tidak lengkap karena mempunyai tangkai daun, helaian daun dan
tidak mempunyai pelepah daun. Tanaman
kembang sepatu mempunyai tata letak daun yang tersebar, setiap buku-buku batang
hanya terdapat satu daun. Tanaman ini mempunyai rumus daun 2/5, yaitu pada
perhitungan jumlah putaran untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
permulaan menghasilkan 2 putaran,dan jumlah daun yang dilewati ada 5 daun.
Pada
ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
memiliki :
a. Rumus daun kembang sepatu adalah
2/5 × 3600 = 1440.
b. Diagram
tanaman kembang sepatu :
1. Duduk daun pada batang atau cabang adalah tersebar.
2. Rumus daunnya adalah 2/5.Sudut divergensi 2/5 × 3600
= 1440.
3. Termasuk daun tidak
lengkap.
4. Jumlah daun pada tiap buku adalah satu daun.
4. Jumlah daun pada tiap buku adalah satu daun.
c. Bagan tata letak
daun kembang sepatu dengan rumus 2/5 360 o
|
d. Diagram
daun kembang sepatu dengan rumus 2/5.
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Ordo :
Malvales
Family :
Malvaceae
Genus :
Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis
L.
(Sumber: Cronquist. 1981)
Di habitat alam, tanaman sepatu tumbuh
sebagai tanaman perdu tahanan (perennial). Susunan tubuh terdiri atas akar,
batang, daun, bunga, buah, dan biji. Tanaman sepatu ini memumpunyai akar
tunggang coklat muda. Batangnya bulat, berkayu, keras ,berdiameter kurang lebih
9 cm. Daunya tunggal, tepi beringgit, ujungnya
runcing, pangkal tumpul, panjang 10-16 cm dan lebarnya
5-11 cm berwarna hijau muda dan hijau. Bunganya berbentuk
terompet, diketiak daun bewarna hijau kekuning-kuningan, mahkota terdiri dari
15-20 daun mahkota, berwarna merah muda. Buahnya kecil lonjong berdiameter
kurang lebih 4 meter masih muda berwarna putih setelah tua berwarna coklat.
Bijinya pipih
dan putih(Sebastian,2008). Daun, bunga dan akar kembang sepatu (Hibicus rosasinensis) mengandung
flavoinida,
disamping itu
daunnya mengandung sponin dan polifenal. Daun ini berkhasiat sebagai obat demam
pada anak, obat batuk dan obat sariawan (Muzayyinah, 2008).
Daun kembang sepatu
merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang kembang sepatu
terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun sepatu adalah
tunggal tersebar (folia sparsa).
Untuk mengetahui rumus daun kembang sepatu diambillah satu daun sebagai titik
tolak, bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku
batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga
sampai pada daun yang letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun
pertama yang dipakai sebagai titik tolak. Ada 5 daun yang dilewati dari titik
tolak sampai daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung
daun yang sejajar. Juga telah dua kali mengelilingi batang kembang sepatu
hingga mencapai daun yang sejajar tadi.
Jadi untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 2
kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 5 kali, maka perbandingan
kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, itulah rumus daun divergensinya.
Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut
divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:
2.
Ranting
alamanda (Allamanda cathartica L.)
Dari pengamatan pada ranting alamanda (Allamanda cathartica L.), diketahui
bahwa pada tiap-tiap buku batang terdapat lebih dari dua daun, hal ini disebut
tata letak daun berkarang.
Pada
ranting alamanda (Allamanda cathartica L.)
memiliki:
a. Termasuk daun tidak lengkap.
b. Jumlah daun pada tiap buku 5.
c. Jumlah daun keseluruhan 15.
d. Tata letaknya berkarang tidak memiliki rumus daun.
b. Jumlah daun pada tiap buku 5.
c. Jumlah daun keseluruhan 15.
d. Tata letaknya berkarang tidak memiliki rumus daun.
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Species : Allamanda cathartica L.
(Sumber: Jasin, 1992)
Daun alamanda (Allamanda cathartica L) adalah termasuk
daun berkarang (folio verticillata), struktur batang
merupakan pohon berkayu keras penampangya bulat, bercabang dan beranting
banyak. Sehingga bila tanaman. Ini dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai
ketinggian 15 meter. Pada bagian batang cabang ataupun ranting terdapat
duri-duri (spina) yang bentuknya “kait” sebagai alat pemanjat.
Daun-daun tumbuh rimbun serta tunggal.
Bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna
hijau tua namun, ada pula yang belang-belang (variegata) antara hijau dan putih
bercampur kekuning-kuningan. Hal ini yang menarik dari tanaman alamanda adalah
karakteristik bunganya yaitu bunga asli dan palsu (bractea) (Rukmana, 1995).
Menurut Gembong Tjitrosoepomo dalam bukunya Morfologi Tumbuhan
(1985:11), tata letak daun yang demikian ini dinamakan: berkarang (folia verticillata), dapat a.l.
ditemukan pada pohon pulai (Alstonia
scholaris R. Br.), alamanda (Allamanda
cathartica L.). oleander (Nerium
oleander L.).
3.
Tumbuhan
pandan (Pandanus sp.)
Tumbuhan pandan (Pandanus sp.) mempunyai tata letak daun yang mengikuti garis-garis ortostik yang
mengalami perubahan menjadi garis spiral yang melingkari batang. Hal itu juga
dapat terjadi karena pertumbuhan batang
tidak lurus tetapi memutar. Oleh sebab itu, ortostiknya ikut memutar yang
disebut spirostik. Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik atau
trispirostik. oleh sebab itu tanaman pandan
juga tidak dapat ditentukan rumus daunnya. Morfologi
daun pandan yaitu daun dengan ujung segitiga lancip, tepi daun dan lapisan
bawah dari pada ibu tulang daun berduri tempel (emergensia), berlilin dan hijau
tua, daun bentuk pita berpelepah.
Tumbuhan pandan
memiliki :
a.
Pertumbuhan batang memutar
b.
Memperlitahkan 3 spirostik
Klsifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Ordo :
Pandanales
Family :
Pandanaceae
Genus :
Pandanus
Species : Pandanus
sp
(Sumber
: Cronquist.1981)
Menurut Gembong Tjitrosoepomo dalam bukunya yang
berjudul morfologi tumbuhan, tumbuhan yang memiliki spirostik misalnya pancing
(Costus speciosus Smith) mempunyai
satu spirostik, Bupleurum falcatum
mempunyai dua spirostik, pandan (pandanus
sp) mempunyai 3 spirostik.
4.
Tanaman
Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Berdasarkan
pengamatan tanaman bayam (Amaranthus spinosus L.)
memiliki:
a. Rumus daun bayam adalah
2/5 × 3600 = 1440.
b. Diagram
tanaman bayam:
1. Duduk daun pada batang atau cabang adalah tersebar.
2. Rumus daunnya adalah 2/5 dengan sudut divergensi 2/5 × 3600 = 1440.
3. Termasuk daun tidak
lengkap.
4. Jumlah daun pada tiap buku adalah satu daun.
4. Jumlah daun pada tiap buku adalah satu daun.
c. Bagan tata letak
daun bayam dengan rumus 2/5 360 o
|
d. Diagram
daun bayam dengan rumus 2/5.
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Ordo :
Caryophyllales
Family :
Amaranthaceae
Genus :
Amaranthus
Species : Amaranthus spinosus L.
(Sumber:
Cronquist.1981)
Daun bayam merupakan daun
tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu
daun saja, sehingga tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa).
Untuk mengetahui rumus daun
bayam diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis yang
menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan mengambil
jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya
tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai sebagai
titik tolak. Ada 5 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang sejajar
itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang sejajar. Juga
telah dua kali mengelilingi batang bayam hingga mencapai daun yang sejajar
tadi.
Jadi untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang
sebanyak dua kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah lima buah
daun, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, itulah
rumus daun (divergensi)nya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut
divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut. Sudut
divergensi:
.
5.
Tanaman
Pepaya (Carica papaya L.)
Berdasarkan
pengamatan tanaman Pepaya (Carica papaya L.),
memiliki:
a. Rumus daun pepaya adalah 3/8 × 3600 = 1350.
b. Diagram
tanaman pepaya:
1. Duduk daun pada batang tersebar.
2. Rumus daunnya adalah 3/8 dengan sudut
divergensi 3/8 × 3600 = 1350.
c. Bagan tata letak
daun pepaya dengan rumus 3/8 360 o
|
d. Diagram
daun pepaya dengan rumus 3/8.
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Magnoliophyta
Classis :
Magnoliopsida
Ordo :
Violales
Family :
Caricaceae
Genus :
Carica
Species :
Carica papaya L.
(Sumber: Cronquist:1981)
Daun pepaya merupakan daun
tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang bayam terlihat hanya terdapat satu
daun saja, sehingga tata letak daun bayam adalah tunggal tersebar (folia sparsa). Untuk mengetahui rumus
daun bayam diambillah satu daun sebagai titik tolak, bergerak mengikuti garis
yang menuju ke titik duduk daun pada buku-buku batang di atasnya dengan
mengambil jarak terpendek, demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang
letaknya tepat pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai
sebagai titik tolak. Ada 8 daun yang dilewati dari titik tolak sampai daun yang
sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan menghitung daun yang
sejajar. Juga telah tiga kali mengelilingi batang pepaya hingga mencapai daun
yang sejajar tadi.
Jadi untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 3
kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 8 kali,
maka perbandingan kedua
bilangan tadi akan merupakan pecahan 3/8, itulah rumus daun (divergensi)nya.
Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut
antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:
II. KESIMPULAN
1. Tata letak daun pada tumbuhan tingkat tinggi terbagi
menjadi tiga, yaitu: berhadapan-berselang, tersebar, dan berkarang.
2. Rumus
daun (a/b) ditentukan dengan cara menghitung jumlah putaran pada batang hingga mencapai daun yang tegak lurus dengan
daun permulaan, didapat nilai a. Dan jumlah daun yang dilewatinya (nilai b).
3. Bagan
tata letak daun digambar berdasarkan rumus daun, berbentuk silinder dan daunnya
membujur ortostik-ortostiknya, begitu pula buku-buku batangnya.
4. Diagram
daun merupakan diagram tata letak daun, yang dipandang sebagai kerucut
memanjang, dengan buku-buku batang sebagai lingkaran yang sempurna dan dibuat
berdasarkan rumus daun.
5. Ranting
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), tumbuhan bayam (Amaranthus
spinosus L.), dan tumbuhan pepaya (Carica papaya L.) memiliki tata letak daun yang tersebar. Rumus daun untuk ranting kembang sepatu dan tumbuhan bayam
adalah 2/5, sedangkan rumus daun untuk tanaman pepaya adalah
3/8.
6. Ranting
alamanda (Allamanda cathartica L.)
memiliki tata letak daun berkarang, dan
tumbuhan pandan (Pandanus sp)
memiliki tata letak daun spirostik. Sehingga keduanya tidak dapat ditentukan rumus
daunnya.
III.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Daftar
pustaka buku
Amintarti, Sri dan M. Arsyad. 2015. Penuntun
Praktikum Morfologi Tumbuhan. Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM.
Cronquist,
A. 1981. An Integrated System of Flowering
Plants. Columbia
University: New York.
Muzayyinah. 2008. Terminologi Tumbuhan. Surakarta: UNS Press
Sebastian. 2008. Kembang
Sepatu. Jakarta: Word Press
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
.
B. Daftar
pustaka gambar
Anonim a. 2015. Forum. http://community.breastcancer.org(online).
Diakses 10 Maret 2015.
Anonim c. 2015. Pandanus. http://www.peakoil.org.au (online).
Diakses 10 Maret 2015.
Anonim d. 2015. Plant. http://www.hear.org (online). Diakses 10 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar